Arti Bersyukur
Syukur (Ar: asy-syukr= ucapan, perbuatan, dan sikap terima kasih atau al-hamd; pujian). Dalam ilmu tasawuf : ucapan, sikap dan perbuatan terima kasih kepada ALLAH dan pengakuan yang tulus atas nikmat dan kurnia yang diberikan-Nya.
Nikmat yang diberikan ALLAH kepada manusia sangat banyak dan bentuknya bermacam-macam. Setiap detik yang dilalui manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari nikmat ALLAH
Nikmatnya sangat besar dan banyak sehingga bagaimanapun juga manusia tidak akan menghitungnya semua nikmat-nikmat-Nya yang hadir sejak manusia lahir ke dunia dalam keadaan tidak tahu apa-apa, kemudian diberi ALLAH pendengaran, penglihatan, dan hati (QS.16:78) sampai meninggal dunia menghadap ALLAH di akhirat kelak ia tidak akan lepas dari nikmat ALLAH.
Secara garis besar nikmat itu dapat dibagi dua yaitu :
I. Nikmat yang menjadi tujuan.
Yang dimaksud nikmat yang menjadi tujuan ini adalah nikmat yang ingin dicapai oleh umat Islam ialah kebahagian di akhirat. Adapun ciri-ciri nikmat ini adalah:
- Kekal.
- Diliputi oleh kebahagian dan kesenangan.
- Sesuatu yang mungkin dapat dicapai.
- Dapat memenuhi segala kebutuhan manusia.
II. Nikmat yang menjadi alat untuk mencapai tujuan, meliputi :
- Kebersihan jiwa dalam bentuk iman dan akhlak yang mulia.
- ”Kelebihan tubuh”, seperti kesehatan dan kekuatan.
- Hal-hal yang membawa kesenangan jasmani, seperti harta, kekuasaan, dan keluarga.
- Hal-hal yang membawa sifat-sifat keutamaan, seperti hidayat, petunjuk, pertolongan dan lindungan ALLAH SWT.
Menurut Imam al-Ghazali, syukur merupakan salah satu maqam (derajat) yang paling tinggi dari sabar, khauf (takut) kepada ALLAH dan lain-lain.
Adapun kesyukuran itu merupakan maqam yang mulia dan pangkat yang tinggi. Sebagaimana dalam Firman`Nya :
“Dan bersyukurlah nikmat ALLAH, jika kamu memang hanya menyembah kepada-Nya saja”. (Qs. al-Nahl :114)
Cara bersyukur kepada ALLAH ada tiga :
- Bersyukur dengan hati, yaitu mengakui dan menyedari sepenuhnya bahwa segala nikmat yang diperolehi berasal dari ALLAH dan tiada seseorang pun selain ALLAH yang dapat memberikan nikmat itu.
- Bersyukur dengan lisan, yaitu mengucapkan secara jelas ungkapan rasa syukur itu dengan kalimah al-hamd li ALLAH (segala puji bagi ALLAH).
- Bersyukur dengan tindakan amal perbuatan, yaitu mengamalkan anggota tubuh untuk hal-hal yang baik dan memanfaatkan nikmat itu sesuai dengan ajaran agama.
Yang dimaksud dengan mengamalkan anggota tubuh ialah menggunakan kaki, tangan, mata, telinga, mulut untuk melakukan hal-hal yang positif, bermanfaat dan diridai ALLAH sebagai perwujudan dari rasa syukur tersebut.
Bersyukur kepada ALLAH atas nikmat yang diberikan-Nya merupakan kewajiban manusia, baik dilihat dari sudut fitrahnya, maupun berdasarkan hukum Islam (Al-Qur’an dan hadist).
Manfaat yang diperolehi dari tindakan bersyukur itu sebenarnya dirasakan oleh manusia yang bersangkutan, antara lain untuk mengekalkan nikmat yang ada dan menambahkan nikmat lain yang berlimpah luah.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambahkan (nikmat) kepadamu dan jika kamu ingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Qs ibrahim ayat 7). Bagaimana juga wujud dari syukur kepada ALLAH yang nyata ialah melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar