Rendah Hati, BukanRendah Diri…
AKHLAQ: Tawadhu’(Rendah Hati)
Keinginan
dihormati adalah normal, keinginan dihargai adalah normal, keinginan dimuliakan
juga normal, namun menjadi tidak normal jika kita diperbudak oleh keinginan
dihaormati, keinginan dipuji dengan perbuatan ria.
Dan lebih buruk lagi keinginan itu membuat kita menjadi
sombong, merasa lebih mendustakan kebenaran. Padahal ada jalan untuk menjadi
mulia dan jalan inilah yang harus kita tempuh…
Rasulullah saw bersabda :
“Man tawādho’a rafa’allahu, waman takabbarā
wdhawa’allahu”
Barang siapa yang rendah diri/ hati, maka Allah akan
memuliakannya
Dan barang siapa yang sombong/besar diri, maka Allah akan
menghinakannya .
Ahli Hikam berkata:
“Tanamlah dirimu dalam tanah kerendahan, sebab segala
sesuatu yang tumbuh tetapi tidak ditanam , maka tidak sempurna hasil buahnya”
Pohon yang akarnya menghujam ketanah akan kokoh, ditiup
angin, dihempas topan, diterjang badai tetap kokoh.
Tetapi pohon yang akarnya tidak menyentuh/menghujam
ketanah disiram air akan goyah, dihempas angin rusak, diterjang badai hancur..
apalah artinya.
Kalau ingin menjadi pribadi yang kokoh, maka kuncinya
tanamlah diri ini di bumi kerendahan hati, bukan rendah diri.. tapi rendah
hati.
Hujamkan… makin rendah hati makin dimuliakan, makin
tinggi hati makin dihinakan..
Oleh karena itu, jalan menuju kemuliaan, jalan menuju
orang yang ditinggikan derajatnya oleh Alloh, kuncinya adalah menjadi
orang-orang yang tawadho, orang-orang yang rendah hati..
Kesombongan, ketakaburan adalah jalan paling pintas yang
menghinakan diri kita, kerendahan hati itulah jalan yang utama yang membuat
kita akan mulia dunia dan insya Allah akhirat kelak.
-Jadi kelebihan yang membuat sombong itu menjadi sebuah
kekurangan besar-
kita diberikan kelebihan rejeki kemudian kita menjadi
takabur itu juga menjadi kekurangan.
Kita dinaikan kedudukan oleh Allah lantas menjadi
petangtang-petengteng maka
menjadi kekurangan..
makanya setiap kenaikan sesuatu ilmu, kedudukan,
penampilah, jabatan atau ibadah selalu berjuang untuk tawadhu. Karena peluang
itu ada maka jika tidaka dilatih jatuh kita menjadi hina.
Rendah
hati atau rendah diri?
Kalau
rendah hati adalah ciri hati yang sehat, karena dia berhasil mengendalikan
dirinya untuk tidak sombong, karena itu penyakit hati.
Rendah
diri adalah penyakit, namanya minder… orang yang rendah diri itu dia kufur
nikmat, bahasa kasarnya. Karena dia
lebih melihat kekurangan yang ada pada dirinya dari pada nikmat Allah yang
melimpah. Misalkan tangan agak bengkok sebelah, padahal sekujur tubuh sehat,
akal sehat.. tetapi dia sibuk saja melihat dan memikirkan jempolnya yang
bengkok, sehingga dia malu kemana-mana hanya karena sebuah jempol. Dia tidak
mensyukuri nikmat yang besar hanya karena sesuatu yang dianggap musibah.
Padahal bisa jadi tangan yang bengkok itu perlindungan dari Allah supaya dia
lebih dekat dan memohon kepada Allah, atau bisa jadi Allah memberikan cacat
karena Allah akan memberikan pahala besar kesabaran dan Allah menjadikan
kekurangan cacatnya itu untuk menggerakan orang-orang yang sehat.
Maka orang yang rendah hati adalah hati yang sehat buah
dari kemampuan mengendalikan diri untuk tidak sombong, sedangkan orang yang
rendah diri adalah orang yang berpenyakit hati, karena dia tidak mensyukuri
nikmat yang besar hanya terfokus pada kekurangan yang kecil.
Beda sekali, maka jangan sampai rendah diri, tapi rendah
hati.
Kita harus hati-hati dalam menilai orang lain sombong,
Karena siapa tahu ketika dalam menilai orang lain sombong, yang pertama jangan
sampai kita mengangap oran itu sombong karena terluka olehnya..
“Ah..
orang itu sombong bener, kita mengucapkan salam dia tidak mau jawab…”
Padahal
dia tidak berniat sombong hanya kurang mendengar.. mungkin dia sedang berpikir
keras tentang anaknya yang sakit, mungkin sedang sariawan..
Pertama
kita harus mencari 1001 alasan untuk tidak berburuk sangka, tapi toh kalau
dalam kenyataannya dia sombong, menunjuk seenaknya, bersikap
petangtang-petengteng, tidak mau mendapatkan input nasehat, koreksi.. dia ingin selalu menang sendiri. Maka kalau kita rendah
hati, kemudian dia menjadi petangtang –petengteng.. kita harus bantu orang itu
supaya tahu bahwa kesombongannya itu jelek.
Menurut
Imam Ali, rendah hati kepada orang yang sombong ini tidak benar.
Jadi
sombong dalam tanda kutip kepada orang yang sombong ini sebagian dari amal
ma’ruf nahi munkar..
“Pak
sebaiknya tidak usah pamer begitu.. ada teman kami yang punya mobil lebih bagus
juga tetap rendah hati..”
“Pak
lurah mungkin kalo bapak lebih rendah hati akan lebih utama, karena pak
walikota aja tidak segalak pak lurah..”
-Nah
kita mengucapkan sesuatu yang lebih tinggi supaya orangnya sampai tidak
sombong-
Tetapi
yang paling penting adalah jangan sampai kita melihat orang sombong dan pada
saat yang sama kita juga menjadi sombong.
Kita tidak bisa memakas orang lain sesuai dengan keinginan
kita, tapi kita harus bisa memaksa diri kita menyikapi orang lain dengan sikap
terbaik kita.
Apasih caranya supaya tawadhu.. ingat nabi Muhammad
adalah puncak kejayaan, tapi beliau tawadhu..
*Caranya pertama adalah jangan melihat orang lain lebih
rendah dari kita..
ini adalah laitihan
- Lihat
anak-anak.. siapa tahu anak ini masih sedikit dosanya, dari pada saya..
- Lihat
orang tua.. oh orang tua ini lebih banyak pahalanya karena sudah lebih lama
beramalnya..
- Lihat
yang tergelincir berbuat dosa, siapa tahu dia berbuat dosa karena belum tahu
ilmunya.. beda dengan kita
- Lihat orang miskin, dia tidak banyak
shadaqoh.. karena tidak ada dan lading amal buat kita..
Pendek
kata melatih diri kita agar tidak menganggap orang lain lebih rendah dari kita.
*Dan yang kedua, kita harus coba bagaimana menyikapi
orang lain dengan sikap memuliakan
Cara menunjuk… Muhammad menunjuk tidak pernah menjuk
dengan telunjuk, tetapi dengan tangan terbuka
Jangan ingin di specialkan, Nabi Muhammad ke mesjid tidak
dapat tempat, beliau duduk dimana saja tidak ingin diutamakan.
Nabi Muhammad mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, rapih…
Latih untuk berterimakasih, latih jika menyuruh dengan
mengucapkan “ tolong,,, maaf,,, terima kasih,,, dibantu oleh pembantu,
terimakasih bibi.. dibantu oleh pedagang yang sederhana terima kasih bapak…
latihan untuk tetap berterima kasih.
Orang sombong sulit berterima kasih, kalau mau nyuruh
suruhlah dengan cara yang paling sopan, yang membuat orang terlihat tidak lebih
rendah dari kita.
Kalu menolak, menolaklah dengan cara yang lebih santun
sehingga kita tidak melukai hatinya..
Latih
mengerjakan pekerjaan yang kita anggap rendah, dan bergaul dengan orang yang
rendah hati.. sedikit saja kita sombong akan terasa..
Orang-orang
yang rendah hati, tawadho itu indah sekali, sejuk.. menyenangkan sekali
akhlaknya. Tapi orang yang takabur, sombong… petangtang-petenteng sok kaya, sok
hebat, sok keren, sok berkuasa.. dia
menyebalkan dihati kita. Berarti kalau kita berperilaku sama kitapun
menyebalkan dihati orang lain.
Melihat disekitar kita menjadi pelajaran.. kalau kita
tidak suka terhadap orang sombong jawabannya satu, kita jangan meniru perilaku
sombong.
Rendah hati yang diangkat derajat oleh Allah adalah yang
ikhlas, bukan karena ingin disebut rendah hati, tetapi agar diterima oleh Allah
SAW..
Yang jelek itu rendah diri dihadapan manusia, tetapi
rendah diri dihadapan Allah adalah sah dan harus..dihadapan manusia rendah
hati. Rendah diri dihadapan manusia itu penyakit hati.
Ahli hikmah berkata:
“maksiat dosa yang menimbulkan rasa rendah diri dan
membutuhkan rahmat Allah, lebih baik dari perbuatan ta’at yang membangkitkan
rasa sombong, ujub dan besar diri”
“perasaan rendah diri seorang yang telah berbuat maksiat
dan dosa itu lebih baik, dari kesombongan seorang yang ta’at”
Tentu saja uraian ini bukan menganggap remeh dosa, tetapi
apalah artinya kita ta’at yang membuat kita melakukan dosa besar, yaitu
sombong.. kita sholat, kita bisa ngaji tetapi sholat dan ngajinya membuat ujub,
berarti sholat dan ngajinya kurang betul, karena sholat yang baik adalah
mencegah dari perbuatan keji dan munkar.
Kalau dengan amal kita menjadi sombong berarti amalnya
seperti amal akhirat, tetapi tujuannya dunia, yaitu pujian dan penghargaan dari
mahluk.
Ada yang berbuat dosa tetapi dengan dosanya itu dia
benar-benar terpuruk takut sekali, dia tobat dengan tobat yang sunguh-sunguh
sehingga dapat mengahapuskan dosa-dosa yang dilakukannya. Inilah orang yang
tergelincir, kemudian menyikapi tergelincirnya itu dengan takut, rendah merasa
nista dihadapan Allah, dan ini akan membuat ampunan Allah bisa jadi mengangkat
derajat dia, itulah sebabnya jngan meremehkan orang-orang yang berdosa kemudian
tobat. Karena siapa tahu tobat dia membuat dia lebih tinggi derajatnya dari
pada kita yang merasa hebat dengan banyak mal shaleh…Mungkin kita tidak pernah
tinggal serumah, tidak pernah tinggal setiap saat.. kita tidak pernah tahu
amalnya, mungkin dalam pandangan kita dia banyak kekurangannya, tapi mungkin
kita tidak tahu shsdekahnya mungkin berapa banyak, tobatnya berapa mendalam..
kita tidak tahu kekhusyuan shalatnya.
Berhentilah melihat orang lain hanya karena kita merasa
lebih mempunyai kedudukan, kaya, pangkat duniawi atau karena ilmunya.. karena
merendahkan orang lain tidak akan menolong perubahan apapun, bahkan
menjerumuskan kita dalam kesombongan.. justru sikapi kekurangan orang lain
sebagai ladang amal bagi kita, ladang untuk memaafkan, ladang amal untuk kita
bantu orang bisa mengetahui kekurangannya, ladang amal untuk kita bantu dia
memperbaiki kekurangannya.. paling tidak do’a yang kita panjatkan.. kekurangan
orang lain bukan untuk kita menjadi sombong melainkan ladang amal untuk kita..
inilah yang diharapkan yang insya Allah akan mulia dengan kelebihannya, yaitu
ketika dia menjadi rendah hati dihadapan manusia dan semakin merasa rendah
dirinya dihadapan Allah SAW…
Penyakit
sombong adalah paling minimal.. denagn ciri mendustakan kebenaran dan
menganggap rendah orang lain. Jadi sombong itu bisa kena ke orang miskin bisa
kena juga ke orang kaya, bisa kena keorang berpangkat, bisa juga kena ke orang
yang tidak berpangkat. Orang sombong ciri khasnya adalah tidak suka terhadap
kebenaran, tidak suka mendengar nasehat, tidak suka mendengar ilmu tentang
agama. Semakin tinggi
ketakaburannya maka ia semakin mendustakan kebenaran dan melawan kebenaran itu
sendiri.
Memang
tingkatan kesombongan beragam, ada yang dia ibadah tapi, tidak mau dengar
nasehat.. yang namnya agama dianggapnya hanya sepele saja, tidak ada saja..
mendengar “Allah” saja tidak suka, paling top “yang di atas” saja, padahal yang
diataskan banyak, bisa genteng. Dia tidak senang dengan acara-acara yang akan
menambah ilmu agamnya, lebih mengutamakan acara keduniawiannya, dia merasa
bahwa dirinyalah yang benar, dia berdebat/ berargumen berdasarkan nafsunya saja
dan bergaulnya tidak ingin dengan orang-orang yang dekat dengan agama .. dia
tidak begitu suka, dari segi penampilan mungkin tidak terlihat arogan, tidak
semua orang yang takabur itu terlihat ptangteng-petengteng, tetapi sikap
meremehkan agama ini merupakan dari ketakaburan,
termasuk meremehkan Nabi Muhammad, ini khusus untuk orang islam kalau orang non
islam tidak termasuk dalam obrolan ini..
Nabi
Muhammad tidak termasuk idolanya, “ah kan
Nabi hidup di zaman dulu, ah Nabikan.. Ah
Nabi itu juga kan..” ya begitu saja ucapanynya seakan-akan nabi itu bukan
teladan saat ini. Orang yang sombong tidak mau merujuk Nabi kita, padahal Rasul
adalah uswatun hasanah, dan juga orang sombong tidak mau dikoreksi tidak mau
dikritik, kalau bicara mau menang sendiri..
Bisa dia sholat?? Dia solat, dia shaum, dia zakat, dia
haji, dia umroh.. itu sudah baik, tetapi jika sombongnya kian parah tidak mau
kalah, cenderung ingin menang sendiri dsb. Selain menolak di menyerang orang
yang dikeritiknya, menganggap remeh saran orang lain. Kalau ngobrol hobbinya
memotong obrolan orang lain, selalu menunjukan dialah yang paling benar, dialah
yang paling tahu, dia yang paling penting…
“Tidak akan masuk surga barang siapa yang dalam hatinya
terdapat kesombongan, ketakaburan walau sebesar dzaroh (ukuran yang sangat
kecil)”
-Semoga Allah mengampuni kosombongan dan berbagai
kesalahan kami…-
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu
(ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan.” [Al Furqaan 63]
Allah Ta’ala berfirman: “Dan tundukkanlah sayapmu
-yakni rendahkanlah dirimu- kepada kaum mu’minin.” (al-Hijr: 88)
Allah Ta’ala berfirman pula: “Hai orang-orang yang
beriman, barangsiapa yang surut kembali dari agamanya -yakni menjadi orang
murtad-, maka Allah nanti akan mendatangkan kaum yang dicintai olehNya dan
merekapun mencintai Allah. Mereka itu bersikap merendahkan diri -lemah lembut-
kepada kaum mu’minin dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir.”
(al-Maidah: 54)
Dari ‘Iyadh bin Himar r.a., katanya: “Rasulullah
s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah telah memberikan wahyu kepadaku, hendaklah
engkau semua itu bersikap tawadhu’, sehingga tidak ada seorang yang
membanggakan dirinya di atas orang lain -yakni bahwa dirinya lebih mulia dari
orang lain- dan tidak pula seorang itu menganiaya kepada orang lain -karena
orang yang dianiaya dianggapnya lebih hina dari dirinya sendiri-.” (Riwayat
Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w.
bersabda: “Tidaklah sedekah itu akan mengurangi dari harta seseorang dan
tidaklah Allah menambahkan seseorang itu dengan pengampunan melainkan ditambah
pula kemuliaannya dan tidaklah seseorang itu bertawadhu’ karena mengharapkan
keridhaan Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajat orang itu.” (Riwayat
Muslim)
Jangan
sombong. Sebab jangankan manusia, Allah saja benci thd orang yg sombong:
Allah Ta’ala berfirman:
“Janganlah engkau semua melagak-lagakkan dirimu sebagai orang suci. Allah
adalah lebih mengetahui kepada siapa yang sebenarnya bertaqwa.” (an-Najm: 32)
”Dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya
kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan
sampai setinggi gunung.” [Al Israa’:37]
”Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” [Luqman:18]
Nabi
berkata bahwa orang yang sombong meski hanya sedikit saja niscaya tidak akan
masuk surga:
Dari
Ibn Mas’ud, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Tidak akan masuk sorga,
seseorang yang di dalam hatinya ada sebijih atom dari sifat sombong”. Seorang
sahabat bertanya kepada Nabi Saw: “Sesungguhnya seseorang menyukai kalau pakainnya
itu indah atau sandalnya juga baik”. Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya
Allah Swt adalah Maha Indah dan menyukai keindahan. Sifat sombong adalah
mengabaikan kebenaran dan memandang rendah manusia yang lain” [HR Muslim]
(Dikatakan
kepada mereka): “Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu
kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong
.” [Al Mu’min:76]
Abi Salamah
meriwayatkan bahwa Abdullah bin Amr bertemu dengan Ibn Umar di Marwah. Keduanya
kemudian turun dan berbicara satu sama lain. Selanjutnya Abdullah bin Amr
berlalu dan Ibn Umar duduk sambil menangis tersedu-sedu. Ketika ditanya tentang
apa yang membuatnya menangis, beliau menjawab: “Laki-laki ini (yakni Abdullah
bin Amr) telah mengaku bahwa dia mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Barang
siapa yang di dalam hatinya ada sebijih atom dari sifat sombong, maka Allah Swt
akan menimpakan api neraka ke arah wajahnya” Baihaqi
Mengapa Iblis yang
dulu begitu mulia dan rajin bertasbih dan beribadah kepada Allah di surga
dengan para malaikat akhirnya diusir Allah dari surga dan dikutuk
selama-lamanya? Karena Iblis itu sombong:
“Allah berfirman: “Hai
iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan
kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk
orang-orang yang (lebih) tinggi?.”
Iblis berkata: “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
Allah berfirman: “Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk.
Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.” [Shaad 75-78]
Iblis berkata: “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
Allah berfirman: “Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk.
Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.” [Shaad 75-78]
Ahli Ibadah yang Sombong:
Dari Anas berkata :
Ada seorang lelaki pada zaman Rasulullah berperang bersama Rasulullah dan
apabila kembali (dari peperangan) segera turun dari kenderaannya dan berjalan
menuju masjid nabi melakukan shalat dalam waktu yang lama sehingga kami semua
terpesona dengan shalatnya sebab kami merasa shalatnya tersebut melebihi shalat
kami, dan dalam riwayat lain disebutkan kami para sahabat merasa ta’ajub dengan
ibadahnya dan kesungguhannya dalam ibadah, maka kami ceritakan dan sebutkan
namanya kepada Rasulullah, tetapi rasulullah tidak mengetahuinya, dan kami
sifatkan dengan sifat-sifatnya, Rasulullah juga tidak mengetahuinya, dan
tatkala kami sednag menceritakannya lelaki itu muncul dan kami berkata kepada Rasulullah:
Inilah orangnya ya Rasulullah. Rasulullah bersabda : ”Sesungguhnya kamu
menceritakan kepadaku seseorang yang diwajahnya ada tanduk syetan. Maka
datanglah orang tadi berdiri di hadapan sahabat tanpa memberi salam. Kemudian
Rasulullah bertanya kepada orang tersebut : ” Aku bertanya kepadamu, apakah
engkau merasa bahwa tidak ada orang yang lebih baik daripadamu sewaktu engkau
berada dalam suatu majlis. ” Orang itu menjawab: Benar”. Kemudian dia segera
masuk ke dalam masjid dan melakukan shalat dan dalam riwayat kemudian dia
menuju tepi masjid melakukan shalat, maka berkata Rasulullah: ”Siapakah yang
akan dapat membunuh orang tersebut ? ”. Abu Bakar segera berdiri menuju kepada
orang tersebut, dan tak lama kembali. Rasul bertanya : Sudahkah engkau bunuh
orang tersebut? Abu Bakar menjawab : ”Saya tidak dapat membunuhnya sebab dia
sedang bersujud ”. Rasul bertanya lagi : ”Siapakah yang akan membunuhnya lagi?
”. Umar bin Khattab berdiri menuju orang tersebut dan tak lama kembali lagi.
Rasul berkata: ”Sudahkah engkau membunuhnya ? Umar menjawab: ”Bagaimana mungkin
saya membunuhnya sedangkan dia sedang sujud”. Rasul berkata lagi ; Siapa yang
dapat membunuhnya ?”. Ali segera berdiri menuju ke tempat orang tersebut,
tetapi orang terebut sudah tidak ada ditempat shalatnya, dan dia kembali ke
tempat nabi. Rasul bertanya: Sudahkah engkau membunuhnya ? Ali menjawab: ”Saya
tidak menjumpainya di tempat shalat dan tidak tahu dimana dia berada. ”
Rasulullah saw melanjutkan: ”Sesungungguhnya ini adalah tanduk pertama yang
keluar dari umatku, seandainya engkau membunuhnya, maka tidaklah umatku akan
berpecah. Sesungguhnya Bani Israel berpecah menjadi 71 kelompok, dan umat ini
akan terpecah menjadi 72 kelompok, seluruhnya di dalam neraka kecuali satu
kelompok ”. Sahabat bertanya : ” Wahai nabi Allah, kelompk manakah yang satu
itu? Rasulullah menjawab : ”Al Jama’ah”. (Majma’ Az-Zawaid juz 6 hal. 242).
Jadi, justru Ketua
PBNU Said Aqil Siradj mengingatkan agar kita, kaum muslimin, memahami ajaran
Al-Qur’an secara benar, sehingga tidak picik seperti Khawarij, yang akibat
kepicikannya itu mereka main bunuh saja. Bahkan, seorang
khalifah, yang nota bene pemimpin umat Islam, pun mereka bunuh karena kepicikan
itu. Itulah yang seharusnya dimuat dan dipaparkan oleh media-media radikal yang
hanya bisa memecah belah ummat islam seperti Arrahmah.Com, Voa-Islam.Com, dan
Nahimunkar.Com!(sarkub)
Semakin
rendah kita merendahkan diri di hadapan manusia, semakin tinggi derajad kita di
sisi Allah.
Sebaliknya
semakin tinggi kita meninggikan diri/sombong di depan manusia, semakin rendah
derajad kita di sisi Allah.
Nggak baca semua siihh.. Tapii siippp... Rendah diri itu sangatlah baik
BalasHapusKadang untuk bisa tingkatan RENDAH HATI mesti berangkat dari rendah diri....
BalasHapusBetul betul betul... Wah kak ana nyari ilmunya sampe kesini ya.
Hapus