Rabu, 20 November 2013

Rendah Hati, BukanRendah Diri…


AKHLAQ: Tawadhu’(Rendah Hati)


Keinginan dihormati adalah normal, keinginan dihargai adalah normal, keinginan dimuliakan juga normal, namun menjadi tidak normal jika kita diperbudak oleh keinginan dihaormati, keinginan dipuji dengan perbuatan ria. 

Dan lebih buruk lagi keinginan itu membuat kita menjadi sombong, merasa lebih mendustakan kebenaran. Padahal ada jalan untuk menjadi mulia dan jalan inilah yang harus kita tempuh…

Rasulullah saw bersabda :
“Man tawādho’a rafa’allahu, waman takabbarā wdhawa’allahu”
Barang siapa yang rendah diri/ hati, maka Allah akan memuliakannya
Dan barang siapa yang sombong/besar diri, maka Allah akan menghinakannya .

Ahli Hikam berkata:
“Tanamlah dirimu dalam tanah kerendahan, sebab segala sesuatu yang tumbuh tetapi tidak ditanam , maka tidak sempurna hasil buahnya”

Pohon yang akarnya menghujam ketanah akan kokoh, ditiup angin, dihempas topan, diterjang badai tetap kokoh.

Tetapi pohon yang akarnya tidak menyentuh/menghujam ketanah disiram air akan goyah, dihempas angin rusak, diterjang badai hancur.. apalah artinya.
Kalau ingin menjadi pribadi yang kokoh, maka kuncinya tanamlah diri ini di bumi kerendahan hati, bukan rendah diri.. tapi rendah hati.
Hujamkan… makin rendah hati makin dimuliakan, makin tinggi hati makin dihinakan..
Oleh karena itu, jalan menuju kemuliaan, jalan menuju orang yang ditinggikan derajatnya oleh Alloh, kuncinya adalah menjadi orang-orang yang tawadho, orang-orang yang rendah hati..

Kesombongan, ketakaburan adalah jalan paling pintas yang menghinakan diri kita, kerendahan hati itulah jalan yang utama yang membuat kita akan mulia dunia dan insya Allah akhirat kelak.

-Jadi kelebihan yang membuat sombong itu menjadi sebuah kekurangan besar-
kita diberikan kelebihan rejeki kemudian kita menjadi takabur itu juga menjadi kekurangan.

Kita dinaikan kedudukan oleh Allah lantas menjadi petangtang-petengteng  maka menjadi kekurangan..
makanya setiap kenaikan sesuatu ilmu, kedudukan, penampilah, jabatan atau ibadah selalu berjuang untuk tawadhu. Karena peluang itu ada maka jika tidaka dilatih jatuh kita menjadi hina. 

Rendah hati atau rendah diri?
Kalau rendah hati adalah ciri hati yang sehat, karena dia berhasil mengendalikan dirinya untuk tidak sombong, karena itu penyakit hati.

Rendah diri adalah penyakit, namanya minder… orang yang rendah diri itu dia kufur nikmat, bahasa kasarnya. Karena dia lebih melihat kekurangan yang ada pada dirinya dari pada nikmat Allah yang melimpah. Misalkan tangan agak bengkok sebelah, padahal sekujur tubuh sehat, akal sehat.. tetapi dia sibuk saja melihat dan memikirkan jempolnya yang bengkok, sehingga dia malu kemana-mana hanya karena sebuah jempol. Dia tidak mensyukuri nikmat yang besar hanya karena sesuatu yang dianggap musibah. Padahal bisa jadi tangan yang bengkok itu perlindungan dari Allah supaya dia lebih dekat dan memohon kepada Allah, atau bisa jadi Allah memberikan cacat karena Allah akan memberikan pahala besar kesabaran dan Allah menjadikan kekurangan cacatnya itu untuk menggerakan orang-orang yang sehat.

Maka orang yang rendah hati adalah hati yang sehat buah dari kemampuan mengendalikan diri untuk tidak sombong, sedangkan orang yang rendah diri adalah orang yang berpenyakit hati, karena dia tidak mensyukuri nikmat yang besar hanya terfokus pada kekurangan yang kecil.

Beda sekali, maka jangan sampai rendah diri, tapi rendah hati.
Kita harus hati-hati dalam menilai orang lain sombong, Karena siapa tahu ketika dalam menilai orang lain sombong, yang pertama jangan sampai kita mengangap oran itu sombong karena terluka olehnya..

“Ah.. orang itu sombong bener, kita mengucapkan salam dia tidak mau jawab…”
Padahal dia tidak berniat sombong hanya kurang mendengar.. mungkin dia sedang berpikir keras tentang anaknya yang sakit, mungkin sedang sariawan..

Pertama kita harus mencari 1001 alasan untuk tidak berburuk sangka, tapi toh kalau dalam kenyataannya dia sombong, menunjuk seenaknya, bersikap petangtang-petengteng, tidak mau mendapatkan input nasehat, koreksi.. dia ingin selalu menang sendiri. Maka kalau kita rendah hati, kemudian dia menjadi petangtang –petengteng.. kita harus bantu orang itu supaya tahu bahwa kesombongannya itu jelek.
Menurut Imam Ali, rendah hati kepada orang yang sombong ini tidak benar.
Jadi sombong dalam tanda kutip kepada orang yang sombong ini sebagian dari amal ma’ruf nahi munkar..

“Pak sebaiknya tidak usah pamer begitu.. ada teman kami yang punya mobil lebih bagus juga tetap rendah hati..”

“Pak lurah mungkin kalo bapak lebih rendah hati akan lebih utama, karena pak walikota aja tidak segalak pak lurah..”

-Nah kita mengucapkan sesuatu yang lebih tinggi supaya orangnya sampai tidak sombong-

Tetapi yang paling penting adalah jangan sampai kita melihat orang sombong dan pada saat yang sama kita juga menjadi sombong.

Kita tidak bisa memakas orang lain sesuai dengan keinginan kita, tapi kita harus bisa memaksa diri kita menyikapi orang lain dengan sikap terbaik kita.
Apasih caranya supaya tawadhu.. ingat nabi Muhammad adalah puncak kejayaan, tapi beliau tawadhu..

*Caranya pertama adalah jangan melihat orang lain lebih rendah dari kita.. 
ini adalah laitihan
-   Lihat anak-anak.. siapa tahu anak ini masih sedikit dosanya, dari pada saya..
-   Lihat orang tua.. oh orang tua ini lebih banyak pahalanya karena sudah lebih lama beramalnya..
-    Lihat yang tergelincir berbuat dosa, siapa tahu dia berbuat dosa karena belum tahu ilmunya.. beda dengan kita
-    Lihat orang miskin, dia tidak banyak shadaqoh.. karena tidak ada dan lading amal buat kita..
Pendek kata melatih diri kita agar tidak menganggap orang lain lebih rendah dari kita.

*Dan yang kedua, kita harus coba bagaimana menyikapi orang lain dengan sikap memuliakan
Cara menunjuk… Muhammad menunjuk tidak pernah menjuk dengan telunjuk, tetapi dengan tangan terbuka
Jangan ingin di specialkan, Nabi Muhammad ke mesjid tidak dapat tempat, beliau duduk dimana saja tidak ingin diutamakan.

Nabi Muhammad mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, rapih…
Latih untuk berterimakasih, latih jika menyuruh dengan mengucapkan “ tolong,,, maaf,,, terima kasih,,, dibantu oleh pembantu, terimakasih bibi.. dibantu oleh pedagang yang sederhana terima kasih bapak… latihan untuk tetap berterima kasih.
Orang sombong sulit berterima kasih, kalau mau nyuruh suruhlah dengan cara yang paling sopan, yang membuat orang terlihat tidak lebih rendah dari kita.
Kalu menolak, menolaklah dengan cara yang lebih santun sehingga kita tidak melukai hatinya..

Latih mengerjakan pekerjaan yang kita anggap rendah, dan bergaul dengan orang yang rendah hati.. sedikit saja kita sombong akan terasa..

Orang-orang yang rendah hati, tawadho itu indah sekali, sejuk.. menyenangkan sekali akhlaknya. Tapi orang yang takabur, sombong… petangtang-petenteng sok kaya, sok hebat, sok keren, sok berkuasa.. dia menyebalkan dihati kita. Berarti kalau kita berperilaku sama kitapun menyebalkan dihati orang lain.

Melihat disekitar kita menjadi pelajaran.. kalau kita tidak suka terhadap orang sombong jawabannya satu, kita jangan meniru perilaku sombong.
Rendah hati yang diangkat derajat oleh Allah adalah yang ikhlas, bukan karena ingin disebut rendah hati, tetapi agar diterima oleh Allah SAW..

Yang jelek itu rendah diri dihadapan manusia, tetapi rendah diri dihadapan Allah adalah sah dan harus..dihadapan manusia rendah hati. Rendah diri dihadapan manusia itu penyakit hati.

Ahli hikmah berkata:
“maksiat dosa yang menimbulkan rasa rendah diri dan membutuhkan rahmat Allah, lebih baik dari perbuatan ta’at yang membangkitkan rasa sombong, ujub dan besar diri”

Abu Madian ra. Berkata:
“perasaan rendah diri seorang yang telah berbuat maksiat dan dosa itu lebih baik, dari kesombongan seorang yang ta’at”

Tentu saja uraian ini bukan menganggap remeh dosa, tetapi apalah artinya kita ta’at yang membuat kita melakukan dosa besar, yaitu sombong.. kita sholat, kita bisa ngaji tetapi sholat dan ngajinya membuat ujub, berarti sholat dan ngajinya kurang betul, karena sholat yang baik adalah mencegah dari perbuatan keji dan munkar.

Kalau dengan amal kita menjadi sombong berarti amalnya seperti amal akhirat, tetapi tujuannya dunia, yaitu pujian dan penghargaan dari mahluk.

Ada yang berbuat dosa tetapi dengan dosanya itu dia benar-benar terpuruk takut sekali, dia tobat dengan tobat yang sunguh-sunguh sehingga dapat mengahapuskan dosa-dosa yang dilakukannya. Inilah orang yang tergelincir, kemudian menyikapi tergelincirnya itu dengan takut, rendah merasa nista dihadapan Allah, dan ini akan membuat ampunan Allah bisa jadi mengangkat derajat dia, itulah sebabnya jngan meremehkan orang-orang yang berdosa kemudian tobat. Karena siapa tahu tobat dia membuat dia lebih tinggi derajatnya dari pada kita yang merasa hebat dengan banyak mal shaleh…Mungkin kita tidak pernah tinggal serumah, tidak pernah tinggal setiap saat.. kita tidak pernah tahu amalnya, mungkin dalam pandangan kita dia banyak kekurangannya, tapi mungkin kita tidak tahu shsdekahnya mungkin berapa banyak, tobatnya berapa mendalam.. kita tidak tahu kekhusyuan shalatnya.

Berhentilah melihat orang lain hanya karena kita merasa lebih mempunyai kedudukan, kaya, pangkat duniawi atau karena ilmunya.. karena merendahkan orang lain tidak akan menolong perubahan apapun, bahkan menjerumuskan kita dalam kesombongan.. justru sikapi kekurangan orang lain sebagai ladang amal bagi kita, ladang untuk memaafkan, ladang amal untuk kita bantu orang bisa mengetahui kekurangannya, ladang amal untuk kita bantu dia memperbaiki kekurangannya.. paling tidak do’a yang kita panjatkan.. kekurangan orang lain bukan untuk kita menjadi sombong melainkan ladang amal untuk kita.. inilah yang diharapkan yang insya Allah akan mulia dengan kelebihannya, yaitu ketika dia menjadi rendah hati dihadapan manusia dan semakin merasa rendah dirinya dihadapan Allah SAW…
Penyakit sombong adalah paling minimal.. denagn ciri mendustakan kebenaran dan menganggap rendah orang lain. Jadi sombong itu bisa kena ke orang miskin bisa kena juga ke orang kaya, bisa kena keorang berpangkat, bisa juga kena ke orang yang tidak berpangkat. Orang sombong ciri khasnya adalah tidak suka terhadap kebenaran, tidak suka mendengar nasehat, tidak suka mendengar ilmu tentang agama. Semakin tinggi ketakaburannya maka ia semakin mendustakan kebenaran dan melawan kebenaran itu sendiri.

Memang tingkatan kesombongan beragam, ada yang dia ibadah tapi, tidak mau dengar nasehat.. yang namnya agama dianggapnya hanya sepele saja, tidak ada saja.. mendengar “Allah” saja tidak suka, paling top “yang di atas” saja, padahal yang diataskan banyak, bisa genteng. Dia tidak senang dengan acara-acara yang akan menambah ilmu agamnya, lebih mengutamakan acara keduniawiannya, dia merasa bahwa dirinyalah yang benar, dia berdebat/ berargumen berdasarkan nafsunya saja dan bergaulnya tidak ingin dengan orang-orang yang dekat dengan agama .. dia tidak begitu suka, dari segi penampilan mungkin tidak terlihat arogan, tidak semua orang yang takabur itu terlihat ptangteng-petengteng, tetapi sikap meremehkan agama ini merupakan dari  ketakaburan, termasuk meremehkan Nabi Muhammad, ini khusus untuk orang islam kalau orang non islam tidak termasuk dalam obrolan ini.. 
 Nabi Muhammad tidak termasuk idolanya, “ah kan Nabi hidup di zaman dulu, ah Nabikan.. Ah Nabi itu juga kan..” ya begitu saja ucapanynya seakan-akan nabi itu bukan teladan saat ini. Orang yang sombong tidak mau merujuk Nabi kita, padahal Rasul adalah uswatun hasanah, dan juga orang sombong tidak mau dikoreksi tidak mau dikritik, kalau bicara mau menang sendiri.. 

Bisa dia sholat?? Dia solat, dia shaum, dia zakat, dia haji, dia umroh.. itu sudah baik, tetapi jika sombongnya kian parah tidak mau kalah, cenderung ingin menang sendiri dsb. Selain menolak di menyerang orang yang dikeritiknya, menganggap remeh saran orang lain. Kalau ngobrol hobbinya memotong obrolan orang lain, selalu menunjukan dialah yang paling benar, dialah yang paling tahu, dia yang paling penting…

“Tidak akan masuk surga barang siapa yang dalam hatinya terdapat kesombongan, ketakaburan walau sebesar dzaroh (ukuran yang sangat kecil)”

-Semoga Allah mengampuni kosombongan dan berbagai kesalahan kami…-

“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” [Al Furqaan 63]
Allah Ta’ala berfirman: “Dan tundukkanlah sayapmu -yakni rendahkanlah dirimu- kepada kaum mu’minin.” (al-Hijr: 88)
Allah Ta’ala berfirman pula: “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa yang surut kembali dari agamanya -yakni menjadi orang murtad-, maka Allah nanti akan mendatangkan kaum yang dicintai olehNya dan merekapun mencintai Allah. Mereka itu bersikap merendahkan diri -lemah lembut- kepada kaum mu’minin dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir.” (al-Maidah: 54)
Dari ‘Iyadh bin Himar r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah telah memberikan wahyu kepadaku, hendaklah engkau semua itu bersikap tawadhu’, sehingga tidak ada seorang yang membanggakan dirinya di atas orang lain -yakni bahwa dirinya lebih mulia dari orang lain- dan tidak pula seorang itu menganiaya kepada orang lain -karena orang yang dianiaya dianggapnya lebih hina dari dirinya sendiri-.” (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidaklah sedekah itu akan mengurangi dari harta seseorang dan tidaklah Allah menambahkan seseorang itu dengan pengampunan melainkan ditambah pula kemuliaannya dan tidaklah seseorang itu bertawadhu’ karena mengharapkan keridhaan Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajat orang itu.” (Riwayat Muslim)
Jangan sombong. Sebab jangankan manusia, Allah saja benci thd orang yg sombong:
Allah Ta’ala berfirman: “Janganlah engkau semua melagak-lagakkan dirimu sebagai orang suci. Allah adalah lebih mengetahui kepada siapa yang sebenarnya bertaqwa.” (an-Najm: 32)
”Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” [Al Israa’:37]
”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” [Luqman:18]
Nabi berkata bahwa orang yang sombong meski hanya sedikit saja niscaya tidak akan masuk surga:
Dari Ibn Mas’ud, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Tidak akan masuk sorga, seseorang yang di dalam hatinya ada sebijih atom dari sifat sombong”. Seorang sahabat bertanya kepada Nabi Saw: “Sesungguhnya seseorang menyukai kalau pakainnya itu indah atau sandalnya juga baik”. Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Swt adalah Maha Indah dan menyukai keindahan. Sifat sombong adalah mengabaikan kebenaran dan memandang rendah manusia yang lain” [HR Muslim]
(Dikatakan kepada mereka): “Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong .” [Al Mu’min:76]
Abi Salamah meriwayatkan bahwa Abdullah bin Amr bertemu dengan Ibn Umar di Marwah. Keduanya kemudian turun dan berbicara satu sama lain. Selanjutnya Abdullah bin Amr berlalu dan Ibn Umar duduk sambil menangis tersedu-sedu. Ketika ditanya tentang apa yang membuatnya menangis, beliau menjawab: “Laki-laki ini (yakni Abdullah bin Amr) telah mengaku bahwa dia mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa yang di dalam hatinya ada sebijih atom dari sifat sombong, maka Allah Swt akan menimpakan api neraka ke arah wajahnya” Baihaqi
Mengapa Iblis yang dulu begitu mulia dan rajin bertasbih dan beribadah kepada Allah di surga dengan para malaikat akhirnya diusir Allah dari surga dan dikutuk selama-lamanya? Karena Iblis itu sombong:
“Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?.”
Iblis berkata: “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
Allah berfirman: “Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk.
Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.” [Shaad 75-78]
Ahli Ibadah yang Sombong:
Dari Anas berkata : Ada seorang lelaki pada zaman Rasulullah berperang bersama Rasulullah dan apabila kembali (dari peperangan) segera turun dari kenderaannya dan berjalan menuju masjid nabi melakukan shalat dalam waktu yang lama sehingga kami semua terpesona dengan shalatnya sebab kami merasa shalatnya tersebut melebihi shalat kami, dan dalam riwayat lain disebutkan kami para sahabat merasa ta’ajub dengan ibadahnya dan kesungguhannya dalam ibadah, maka kami ceritakan dan sebutkan namanya kepada Rasulullah, tetapi rasulullah tidak mengetahuinya, dan kami sifatkan dengan sifat-sifatnya, Rasulullah juga tidak mengetahuinya, dan tatkala kami sednag menceritakannya lelaki itu muncul dan kami berkata kepada Rasulullah: Inilah orangnya ya Rasulullah. Rasulullah bersabda : ”Sesungguhnya kamu menceritakan kepadaku seseorang yang diwajahnya ada tanduk syetan. Maka datanglah orang tadi berdiri di hadapan sahabat tanpa memberi salam. Kemudian Rasulullah bertanya kepada orang tersebut : ” Aku bertanya kepadamu, apakah engkau merasa bahwa tidak ada orang yang lebih baik daripadamu sewaktu engkau berada dalam suatu majlis. ” Orang itu menjawab: Benar”. Kemudian dia segera masuk ke dalam masjid dan melakukan shalat dan dalam riwayat kemudian dia menuju tepi masjid melakukan shalat, maka berkata Rasulullah: ”Siapakah yang akan dapat membunuh orang tersebut ? ”. Abu Bakar segera berdiri menuju kepada orang tersebut, dan tak lama kembali. Rasul bertanya : Sudahkah engkau bunuh orang tersebut? Abu Bakar menjawab : ”Saya tidak dapat membunuhnya sebab dia sedang bersujud ”. Rasul bertanya lagi : ”Siapakah yang akan membunuhnya lagi? ”. Umar bin Khattab berdiri menuju orang tersebut dan tak lama kembali lagi. Rasul berkata: ”Sudahkah engkau membunuhnya ? Umar menjawab: ”Bagaimana mungkin saya membunuhnya sedangkan dia sedang sujud”. Rasul berkata lagi ; Siapa yang dapat membunuhnya ?”. Ali segera berdiri menuju ke tempat orang tersebut, tetapi orang terebut sudah tidak ada ditempat shalatnya, dan dia kembali ke tempat nabi. Rasul bertanya: Sudahkah engkau membunuhnya ? Ali menjawab: ”Saya tidak menjumpainya di tempat shalat dan tidak tahu dimana dia berada. ” Rasulullah saw melanjutkan: ”Sesungungguhnya ini adalah tanduk pertama yang keluar dari umatku, seandainya engkau membunuhnya, maka tidaklah umatku akan berpecah. Sesungguhnya Bani Israel berpecah menjadi 71 kelompok, dan umat ini akan terpecah menjadi 72 kelompok, seluruhnya di dalam neraka kecuali satu kelompok ”. Sahabat bertanya : ” Wahai nabi Allah, kelompk manakah yang satu itu? Rasulullah menjawab : ”Al Jama’ah”. (Majma’ Az-Zawaid juz 6 hal. 242).
Jadi, justru Ketua PBNU Said Aqil Siradj mengingatkan agar kita, kaum muslimin, memahami ajaran Al-Qur’an secara benar, sehingga tidak picik seperti Khawarij, yang akibat kepicikannya itu mereka main bunuh saja. Bahkan, seorang khalifah, yang nota bene pemimpin umat Islam, pun mereka bunuh karena kepicikan itu. Itulah yang seharusnya dimuat dan dipaparkan oleh media-media radikal yang hanya bisa memecah belah ummat islam seperti Arrahmah.Com, Voa-Islam.Com, dan Nahimunkar.Com!(sarkub)
Semakin rendah kita merendahkan diri di hadapan manusia, semakin tinggi derajad kita di sisi Allah.

Sebaliknya semakin tinggi kita meninggikan diri/sombong di depan manusia, semakin rendah derajad kita di sisi Allah.


3 komentar:

  1. Nggak baca semua siihh.. Tapii siippp... Rendah diri itu sangatlah baik

    BalasHapus
  2. Kadang untuk bisa tingkatan RENDAH HATI mesti berangkat dari rendah diri....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul betul betul... Wah kak ana nyari ilmunya sampe kesini ya.

      Hapus